High
strength concrete merupakan sebuah tipe beton performa tinggi yang
secara umum memiliki kuat tekan 6000 psi (40 MPa) atau lebih. Ukuran
kuat tekannya diperoleh dari silinder beton 150 mm – 300 mm atau
silinder 100 mm – 200 mm pada umur 56 ataupun 90 hari, ataupun umur yang
telah ditentukan tergantung pada aplikasi yang diiningkan. Produksi high strength concrete membutuhkan penelitian dan perhatian yang lebih jauh terhadap kontrol kualitasnya daripada beton konvensional
Sejarah Singkat
Sejarah singkat dari perkembangan high strength concrete dapat dijabarkan berikut ini. Pada akhir tahun 1960-an, admixture untuk mengurangi air (superplasticizer) yang terbuat dari garam-garam naphthalene sulfonate diproduksi di Jepang dan melamine sulfonate diproduksi di Jerman. Aplikasi pertama di Jepang yaitu digunakan untuk produk girder
dan balok pracetak dan cetak di tempat. Di Jerman, awalnya ditujukan
untuk pengembangan campuran beton bawah air yang memiliki kelecakan
tinggi tanpa terjadi segregasi. Sejalan dengan kemungkinan tercapainya
mutu beton yang tinggi dan workability yang tinggi secara simultan pada campuran beton dengan pemakaian superplasticizer,
maka pemakaian kedua bahan tersebut dianggap sangat cocok digunakan
pada produksi komponen-komponen struktur cetak di tempat untuk
bangunan-bangunan tinggi.
Gambar 1. Hubungan Tegangan -Regangan Pada Beton Mutu Tinggi dan Beton Normal
Dari Grafik tersebut dapat dilihat bahwa dengan mutu beton yang tinggi diperoleh grafik yang makin terjal pada daerah elastisnya (E) dibangingkan dengan beton normal, akan tetapi daerah deformasi setelah melampaui daerah elastis pada beton mutu tinggi makin berkurang dibangdingkan dengan beton normal, sehingga pada beton mutu tinggi nilai daktailnya makin berkurang (bersifat getas) dibandingkan beton normal.
Gambar 1. Hubungan Tegangan -Regangan Pada Beton Mutu Tinggi dan Beton Normal
Dari Grafik tersebut dapat dilihat bahwa dengan mutu beton yang tinggi diperoleh grafik yang makin terjal pada daerah elastisnya (E) dibangingkan dengan beton normal, akan tetapi daerah deformasi setelah melampaui daerah elastis pada beton mutu tinggi makin berkurang dibangdingkan dengan beton normal, sehingga pada beton mutu tinggi nilai daktailnya makin berkurang (bersifat getas) dibandingkan beton normal.
Beton didefinisikan sebagai “high-strength” semata-mata berdasarkan karena kuat tekannya pada umur tertentu. Pada tahun 1970-an, sebelum ditemukannya superplasticizer, campuran beton yang memperlihatkan kuat tekan 40 MPa atau lebih pada umur 28 hari disebut sebagai high strength concrete. Saat ini, saat campuran beton dengan kuat tekan 60 MPa – 120 MPa tersedia di pasaran, pada ACI Committae 2002 tentang High Strength Concrete merevisi definisinya menjadi memperoleh campuran dengan kuat tekan desain spesifikasi 55 MPa atau lebih.
Meskipun
tujuan praktisnya adalah untuk menyatakan kuat tekan beton berdasarkan
hasil uji pada umur 28 hari, namun terdapat pergeseran untuk menyatakan
kekuatan pada umur 56 atau 90 hari dengan alas an bahwa banyak
elemen-elemen struktur yang tidak terbebani selama kurun waktu dua atau
tiga bulan atau lebih. Saat kekuatan yang tinggi tidaklah diperlukan
pada umur-umur awal, akan lebih baik untuk tidak menyatakannya hanya
untuk mencapai sejumlah keuntungan misalnya penghematan semen, kemampuan
untuk menggunakan bahan-bahan tambah (admixture) secara berlebihan dan produk yang lebih durable.
Beberapa
puluh tahun yang silam, bangunan-bangunan tinggi yang ada di New York
hampri seluruhnya merupakan bangunan dengan rangka baja. Saat ini,
mungkin sepertiga dari bangunan-bangunan tinggi komersial dibuat dengan
rangka beton bertulang. Terdapat sebuah penilaian yang diyakini bahwa
pemilihan antara rangka baja dengan rangka beton bertulang ditentukan
berdasarkan kecepatan konstruksi yang tinggi. Juga, ketersediaan high strength concrete
secara komersial memberikan sebuah penilaian ekonomis alternatif untuk
membangun kolom dengan beton konvensional pada lantai-lantai bawah dari
bangunan-bangunan tinggi. Berdasarkan sebuah laporan, kapasitas
kolom-kolom dalam hal kemampuan menahan beban pada bangunan-bangunan
berlantai banyak meningkat 4,7 kali untuk setiap lipat tiga kenaikan
harga. Untuk konstruksi bangunan-bangunan yang menggunakan rangka beton
bertulang, 30 lantai atau lebih, kolom-kolom dengan ukuran normal dapat
dibuat pada sepertiga bagian dari bangunan dengan mutu beton
konvensional 30 MPa sampai dengan 35 MPa. Namun pemakaian high strength concrete dibenarkan untuk kolom-kolom langsing pada duapertiga bagian bawah dari bangunan.
Mengapa kita membutuhkan high strength concrete? Beberapa alasan yang dapat diberikan di sini antara lain:
-
Untuk menempatkan beton pada masa layannya pada umur yang lebih awal, sebagai contoh pada perkerasan di umur 3 hari.
-
Untuk membangun bangunan-bangunan tinggi dengan mereduksi ukuran kolom dan meningkatkan luasan ruang yang tersedia.
-
Untuk membangun sruktur bagian atas dari jembatan-jembatan bentang panjang dan untuk mengembangkan durabilitas lantai-lantai jembatan.
-
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari aplikasi-aplikasi tertentu seperti durabilitas, modulus elastisitas dan kekuatan lentur. Beberapa dari aplikasi ini termasuk dam, atap-atap tribun, pondasi-pondasi pelabuhan, garasi-garasi parkir, dan lantai-lantai heavy duty pada area industri.
Material
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam campuran high strength conrete antara lain:
-
Semen
Semen
Portland (PC) umum pada berbagai tipe (yang memenuhi spesifikasi
standar ASTM C 150) dapat digunakan untuk memperoleh campuran beton
dengan kekuatan tekan sampai dengan 50 Mpa. Untuk mendapatkan kuat tekan
yang lebih tinggi saat mempertahankan workability yang baik, sangat perlu untuk menggunakan admixture yang dikombinasikan dengan semen. Pada kasus tersebut, kompabilitas semen-admixture menjadi sebuah hal yang penting.
Pengalaman telah memperlihatkan bahwa, dengan penggunaan tipe superplasticizer naphthalene sulfonate atau melamine sulfonate, semen portland dengan kadar C3A
dan alkali yang rendah umumnya menghasilkan campuran beton yang
memperlihatkan hilangnya slump tinggi sejalan dengan waktu. Situasi ini
telah berubah karena telah dilaporkan bahwa polyacrylate copolymer, sebuah generasi baru superplasticizer, tidak menyebabkan kehilangan slum yang berlebihan pada kebanyakan jenis semen portland maupun semen portland campuran.
-
Agregat
Pada
beton normal, tipe dan jumlah agregat memainkan peranan yang penting
dalam stabilitas isi beton, namun hal tersebut memiliki efek yang
terbatas pada kekuatan. Pada high strength conrete,
agregat masih memainkan peranan yang penting dalam stabilitas isi,
namun juga memainkan peranan yang penting dalam kekuatan dan kekakuan
beton. Rasio faktor air semen yang digunakan pada campuran high strength conrete
menyebabkan pemadatan pada daerah matrik dan daerah transisi antarmuka.
Lebih lajut, beberapa tipe agregat seperti granit dan kwarsit dapat
menyebabkan retak-retak mikro pada daerah transisi karena perbedaan
susut suhu dan menghalangi pengembangan kekuatan mekanis tinggi. Sehingga, perhatian yang layak harus diambil pada pemilihan agregat-agregat untuk high strength concrete.
Berdasarkan hasil-hasil dari studi eksperimental, Aitcin dan Mehta
merekomendasikan bahwa tipe agregat yang keras dan kuat dengan modulus
elastisitas tinggi dan koefisien ekspansi panas yang kecil lebih baik
digunakan untuk memproduksi campuran very high strength concrete.
Dengan
sebuah rasio faktor air semen yang telah ditentukan, kekuatan dari
campuran beton dapat dinaikkan secara signifikan dengan secara sederhana
mengurangi ukuran maksimum agregat kasar. Hal ini memiliki efek yang
menguntungkan pada kekuatan daerah transisi antar muka. Menurut Aitcin,
semakin tinggi kekuatan yang ingin dicapai, maka semakin kecil ukuran
agregat kasarnya. Nilai kuat tekan sampai dengan 70 MPa dapat diproduksi
dengan agregat kasar kualitas bagus dengan ukuran maksimum 20 mm – 25
mm. untuk menghasilkan nilai kuat tekan 100 MPa, maka ukuran maksimum
agregat kasar yang harus digunakan adalah 14 mm – 20 mm. Beton-beton
komersial dengan nilai kuat tekan lebih dari 125 MPa telah diproduksi
menggunakan ukuran agregat maksimum 10 mm – 14 mm.
Memandang
agregat halus, setiap bahan dengan ukuran distribusi partikelnya
memenuhi spesifikasi standar ASTM C 38 layak digunakan untuk campuran high strength concrete.
Aitcin merekomendasikan penggunaan agregat halus dengan modulus
kehalusan yang tinggi (kira-kira 3,0) untuk beberapa alasan berikut ini :
-
-
Campuran high strength concrete sudah memiliki partikel-partikel kecil semen dan pozzolan dalam jumlah yang bayak, dengan demikian kehadiran partikel yang sangat kecil pada agregat yang halus tidak diperlukan untuk mengembangkan workability.
-
Penggunaan agregat yang lebih kasar akan memerlukan air yang lebih sedikit untuk memperoleh workability yang sama, dan
-
Selama proses pencampuran, partikel-partikel yang lebih ksar akan menghasilkan tegangan geseran yang lebih besar yang membantu untuk menghindari penggumpalan partikel-partikel semen.
-
-
Admixture
Kebutuhan
kekuatan yang tinggi dan ukuran agregat yang kecil berarti bahwa isi
dari bahan-bahan pengikat pada campuran beton akan menjadi tinggi,
umumnya di atas 400 kg/m3. Isi bahan-bahan pengikat sebesar 600 kg/m3
dan bahkan lebih tinggi telah diselidiki namun tidak diinginkan dengan
alasan tingginya biaya dan susut suhu dan pengeringan yang berlebihan.
Lebih jauh, dengan naiknya proporsi semen dalam beton, memang kekuatan
yang tinggi tercapai, namun dengan susah kekuatan yang tinggi dicapai di
atas sejumlah semen yang tertentu. Sebagaimana dijelaskan di atas, hal
ini mungkin disebabkan karena ketidak-homogenitas-an yang sudah menjadi
sifat pasta semen portland yang telah terhidrasi yang berisi
luasan-luasan kristal kalsium hidroksida yang terdistribusi secara cak
dalam fase utama. Luasan-luasan ini menyatakan daerah-daerah yang lemah
yang rentan terhadap retak mikro karena tegangan tarik.
Metode Desain Campuran High Strength Concrete
Metode yang digunakan dalam merencanakan campuran high strength concrete ada beberapa cara, antara lain: (1) Minimum Voids Method, (2) Maximum Density Method, (3) Fineness Modulus Method, (4) British Mix Design (DOE) Method, (5) American Concrete Institute Method (ACI Method), dan (6) Indian Standard Method.
Namun secara umum, desain campuran beton yang optimum dihasilkan dari
pemilihan bahan-bahan local yang tersedia yang menyebabkan beton segar
mampu untuk ditempatkan dan mampu untuk diselesaikan dan dapat
memastikan pengembangan kekuatan dan sifat-sifat lain yang diinginkan
dari beton yang telah mengeras sebagaimana dinyatakan oleh desainer.
Beberapa konsep dasar yang perlu untuk dipahami untuk high strength concrete antara lain:
-
Agregat semestinya kuat dan durable. Agregat tidak perlu keras dan kekuatannya tinggi namun perlu kompatibel, dalam arti cukup kaku dan kuat, dengan pasta semen. Umumnya ukuran maksimum agregat kasar yang lebih kecil digunakan untuk kuat tekan beton yang lebih tinggi. Agregat halus yang digunakan bisa jadi lebih kasar daripada yang diperbolehkan oleh ASTM C 33 (modulus kehalusan butir lebih besar dari 3,2) karena tingginya agregat halus telah digantikan oleh bahan-bahan perekat (semen).
-
Campuran high strength concrete akan memiliki isi bahan-bahan perekat yang tinggi yang meningkatkan panas hidrasi dan kemungkinan susut yang tinggi mengawali potensi retak. Kebanyakan campuran berisi satu atau lebih bahan-bahan perekat tambahan seperti fly ash (tipe C atau F), ground granulated blast furnace slag, silica fume, metakaolin atau bahan-bahan pozolanik alami.
-
Campuran high strength concrete umumnya membutuhkan rasio factor air semen yang rendah, dimana rasio factor air semen berada pada rentangan 0,23 sampai dengan 0,35. Faktor air semen yang rendah ini hanya dapat dicapai dengan admixture (superplasticizer) dalam jumlah dan dosis yang besar, menyesuaikan antara tipe F atau G berdasarkan ASTM C 494. Admixture pengurang air tipe A juga dapat digunakan sebagai kombinasinya.
-
Isi total dari bahan-bahan perekat umumnya sekitar 700 lb/yd3 (415 kg/m3) namun tidak boleh lebih dari 1100 lb/yd3 (650 kg/m3).
-
Pemakaian air entrainment pada high strength concrete akan menurunkan potensial kekuatan secara besar.
Perhatian
yang lebih dan evaluasi akan diperlukan bila spesifikasi pekerjaan
mengatur batas-batas sifat beton seperti rangkak, susut dan modulus
elastisitas. Ahli teknik mungkin mengatur batas-batas
sifat tersebut untuk desain strukturnya. Penelitian-penelitian saat ini
mungkin tidak memberikan panduan yang diperlukan tentang hubungan
empiris dari sifat-sifat tersebut dari pengujian-pengujian trandisional
dan beberapa dari pengujian tersebut sangat khusus dan mahal untuk
dilakukan bagi evaluasi campuran. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
teoretis, rangkak dan susut yang lebih kecil, modulus elastisitas yang
lebih tinggi dapat dicapai dengan agregat yang lebih besar dan isi pasta
yang lebih sedikit pada beton. Menggunakan ukuran agregat terbesar yang
dapat dicapai dan agregat halus yang digradasi medium sampai dengan
kasar dapat mencapai hal tersebut. Ukuran agregat yang lebih kecil
misalkan 3/8 inci ( 9,5 mm) dapat digunakan untuk menghasilkan kuat
tekan yang sangat tinggi namun membutuhkan sifat-sifat seperti rangkak,
susut dan modulus elastisitas untuk dikorbankan. Apabila kesulitan
ditemui dalam mencapai kuat tekan yang tinggi, hanya dengan menambahkan
bahan-bahan perekat tidak akan menaikkan kekuatan. Faktor-faktor seperti
bahan-bahan pengganggu dalam agregat, pelapis-pelapis agregat, agregat
kasar, muka-muka pecah, tampang dan tekstur, dan batasan-batasan
pengujian bisa jadi menghalangi kuat tekan tinggi dapat tercapai.
Proporsi campuran beton akhir ditentukan dengan batch coba-coba, entah
itu di laboratorium ataupun dengan batch-batch produksi lapangan skala
kecil. Produksi, transportasi, penempatan dan finishing high strength concrete
bisa jadi berbeda secara signifikan dari prosedur-prosedur yang
digunakan pada beton konvensional. Untuk proyek-proyek yang kritis,
sangat direkomendasikan penuangan coba-coba dan evaluasi dilakukan dan
dimasukan sebagai item
yang harus dibayarkan pada kontrak. Pertemuan pra-penawaran dan
pra-konstruksi sangatlah penting untuk dilakukan untuk memastikan
kesuksesan proyek yang menggunakan high strength concrete.
Selama konstruksi, pengukuran ekstra harus dilakukan untuk melindungi
terhadap susut plastik dan retak panas pada bagian-bagian yang lebih
tipis. High strength concrete mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama sebelum perancah dibongkar.
Silinder-silinder uji high strength concrete sebaiknya dicetak dengan hati-hati, dirawat, ditutupi dan diuji. Waktu setting high strength concrete yang lebih lambat mungkin juga terjadi.
Contoh Mix Design – High Strength Concrete.
Mix design high strength concrete dengan kuat tekan karakteristik rencana pada umur 28 hari 60 MPa. Untuk contoh desain yang lain, dapat dilihat di sini
(a) DESIGN STIPULATION:-
Target strength = 60Mpa
Max size of aggregate used = 12.5 mm
Specific gravity of cement = 3.15
Specific gravity of fine aggregate (F.A) = 2.6
Specific gravity of Coarse aggregate (C.A) = 2.64
Dry Rodded Bulk Density of fine aggregate = 1726 Kg/m3
Dry Rodded Bulk Density of coarse aggregate = 1638 Kg/m3
Target strength = 60Mpa
Max size of aggregate used = 12.5 mm
Specific gravity of cement = 3.15
Specific gravity of fine aggregate (F.A) = 2.6
Specific gravity of Coarse aggregate (C.A) = 2.64
Dry Rodded Bulk Density of fine aggregate = 1726 Kg/m3
Dry Rodded Bulk Density of coarse aggregate = 1638 Kg/m3
Step-1
Calculation for weight of Coarse Aggregate:
From ACI 211.4R Table 4.3.3 Fractional volume of oven dry Rodded C.A for 12.5mm size aggregate is 0.68m3
Weight of C.A = 0.68*1638 = 1108.13 Kg/m3
Calculation for weight of Coarse Aggregate:
From ACI 211.4R Table 4.3.3 Fractional volume of oven dry Rodded C.A for 12.5mm size aggregate is 0.68m3
Weight of C.A = 0.68*1638 = 1108.13 Kg/m3
Step-2
Calculation for Quantity of Water:
From ACI 211.4R Table 4.3.4
Assuming Slump as 50 to 75mm and for C.A size 12.5 mm the Mixing water = 148 ml
Void content of FA for this mixing water = 35%
Void content of FA (V)
V = {1-(Dry Rodded unit wt / specific gravity of FA*1000)}*100
= [1-(1726/2.6*1000)]*100
= 34.62%
Calculation for Quantity of Water:
From ACI 211.4R Table 4.3.4
Assuming Slump as 50 to 75mm and for C.A size 12.5 mm the Mixing water = 148 ml
Void content of FA for this mixing water = 35%
Void content of FA (V)
V = {1-(Dry Rodded unit wt / specific gravity of FA*1000)}*100
= [1-(1726/2.6*1000)]*100
= 34.62%
Adjustment in mixing water = (V-35)* 4.55
= (34.62 – 35)*4.55
= -1.725 ml
Total water required = 148 + (-1.725) = 146.28 ml
Step-3
Calculation for weight of cement
From ACI 211.4R Table 4.3.5(b)
Take W / C ratio = 0.29
Weight of cement = 146.28 / 0.29 = 504.21 kg/m3
= (34.62 – 35)*4.55
= -1.725 ml
Total water required = 148 + (-1.725) = 146.28 ml
Step-3
Calculation for weight of cement
From ACI 211.4R Table 4.3.5(b)
Take W / C ratio = 0.29
Weight of cement = 146.28 / 0.29 = 504.21 kg/m3
Step-4
Calculation for weight of Fine Aggregate:
Calculation for weight of Fine Aggregate:
Cement = 504.21 / 3.15*1000= 0.1616
Water = 146.28 / 1*1000= 0.1462
CA = 1108.13 / 3*1000= 0.3690
Entrapped Air = 2 / 100= 0.020
Total = 0.7376m3
Volume of Fine Aggregate= 1-0.7376
Weight of Fine Aggregate= 0.2624*2.6*1000= 683.24 kg/m3
Water = 146.28 / 1*1000= 0.1462
CA = 1108.13 / 3*1000= 0.3690
Entrapped Air = 2 / 100= 0.020
Total = 0.7376m3
Volume of Fine Aggregate= 1-0.7376
Weight of Fine Aggregate= 0.2624*2.6*1000= 683.24 kg/m3
Step-5
Super plasticizer:
For 0.8% = (0.8 / 100)*583.53 = 4.668 ml
Super plasticizer:
For 0.8% = (0.8 / 100)*583.53 = 4.668 ml
Step-6
Correction for water:
Weight of water (For 0.8%) =146.28 – 4.668 =141.61 kg/m3
Correction for water:
Weight of water (For 0.8%) =146.28 – 4.668 =141.61 kg/m3
Requirement of materials per Cubic meter
Cement = 504.21 Kg/m3
Fine Aggregate = 683.24 Kg/m3
Coarse Aggregate = 1108.13 Kg/m3
Water = 141.61 Kg/ m3
Super plasticizers = 4.6681 / m3
Cement = 504.21 Kg/m3
Fine Aggregate = 683.24 Kg/m3
Coarse Aggregate = 1108.13 Kg/m3
Water = 141.61 Kg/ m3
Super plasticizers = 4.6681 / m3
So the final ratio becomes
Cement : Fine agg (kg/m3) : Coarse agg (kg/m3) : Water (l/m3): Superplasticizer (l/m3)
Cement : Fine agg (kg/m3) : Coarse agg (kg/m3) : Water (l/m3): Superplasticizer (l/m3)
Sumber : Andi Aprizon, S.T dan Pramudiyanto, S.T., M.T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar