Selasa 27 September 2016
Perlu
diketahui bahwa pondasi merupakan suatu unit bagian struktur yang terletak pada
bagian dasar suatu bangunan atau sering disebut sebagai sub structure unit yang tentunya
memiliki fungsi sebagai kesatuan yang dapat memberikan daya dukung terhadap
beban struktur yang akan bekerja di atasnya (Upper-Super structure) juga sebagai bagian yang mentransfer/meyalurkan beban
secara aksial ke lapisan tanah di bawahnya.
Umumnya ukuran, jumlah serta dimensi
pondasi sangat ditentukan oleh karakteristik daya dukung suatu lapisan tanah
pada lokasi dimana bangunan itu didirikan. Hal ini tentunya dapat dilihat dan
dianalisis melalui hasil penyelidikan tanah (investigation of soil) yang umumnya dilakukan baik berupa uji CPT (Cone
Penetration Test) atau lazimnya disebut sondir maupun dengan uji SPT (Standard Penetreation Test) yang tentunya
menjadi bahan laporan untuk dianalisis oleh seorang insinyur struktur dalam
merencanakan dan mendesain detail suatu unit bangunan bawah (Sub structure) yang outputnya berupa
jumlah titik pondasi, ukuran penampang pondasi, kedalaman suatu pondasi serta
dimensi pilecap/poer yang kemudian dikombinasikan dengan
reaksi terhadap beban bangunan atas (upper
sttucture) yang akan direncanakan bekerja pada keseluruan unit struktur
bangunan.
Pondasi memiliki fungsi yang vital dalam
perencanaan suatu bangunan sipil dikarenakan massa beban suatu bangunan secara
linier akan diteruskan sampai ujung pondasi dan diteruskan ke lapisan tanah di
bawahnya sehingga jika hal ini tidak diperhatikan dan dianalisis dengan baik maka
dapat berisiko menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan pada struktur bangunan
secara keseluruhan, misalnya dalam hal ini dapat menyebabkan terjadinya
penurunan bahkan tergulingnya suatu bangunan. Oleh karena itu seorang insinyur
perencana sipil akan mempelajari dan menganalisis hasil investigasi suatu tanah
guna mengetahui sifat-sifat daya dukung pada lapisan tanah terhadap beban bangunan yang akan bekerja di atasnya. Pada dasarnya pondasi pada suatu struktur
bangunan digolongkan menjadi tiga antara lain pondasi dangkal, menengah dan
dalam.
1.
Pondasi
Dangkal
Pondasi jenis ini merupakan
jenis pondasi yang umumnya difungsikan untuk bangunan yang memiliki beban yang
tidak terlalu besar misalnya untuk rumah sederhana, perumahan, ruko sederhana,
dan gedung yang tidak memiliki beban yang terlalu signifikan, tetapi ada pula
jenis pondasi dangkal yang berfungsi untuk mendukung struktur gedung dengan beban
yang besar. Pondasi dangkal umumnya memiliki kedalaman bervariasi antara ± 1-2m di dalam tanah. Untuk lebih
jelas akan diuraikan jenis- jenis pondasi dangkal, antara lain:
- Pondasi Menerus/Continous Pondation, pondasi ini juga umumnya dikenal dengan istilah pondasi menerus yang dibuat dengan susunan pasangan batu (batu kali atau karang) yang diikat dengan campuran mortar (semen, pasir dan air) dengan perbandingan campuran yang bervariasi sesuai dengan standar yang digunakan. Pondasi menerus biasanya diperuntukan untuk kosntruksi rumah sederhana atau perumahan yang tidak bertingkat dengan kedalaman bervariasi antara ± 80-100 cm.
- Pondasi Telapak/Spread Footing Pondation, Pondasi jenis ini merupakan pondasi dangkal yang terbuat dari campuran beton bertulang dengan perbandingan tertentu yang berbentuk telapak dengan kedalaman berkisar antara ± 150-200 cm. Jenis pondasi ini dapat digunakan untuk bangunan bertingkat 2-3 lantai dengan beban sedang. Tetapi hal ini tergantung kembali dari hasil investigasi laporan tanah guna menentukan kedalaman dan ketebalan dari pondasi telapak. Biasanya pondasi telapak dapat dikombinasikan dengan pondasi menerus untuk penyaluran beban secara merata pada struktur bangunan.
- Pondasi Rakit/Raft/MAT Pondation, pondasi jenis ini merupakan jenis pondasi dangkal yang dibuat menyerupai plat beton bertulang dengan tebal berkisar antara ± 50-200cm di bawah struktur gedung menyerupai rakit yang berfungsi dalam meneruskan beban kolom sacara merata dan seragam di bagian dasar permukaan struktur bangunan. Pondasi jenis ini biasanya dipilih jika kapasitas daya dukung suatu tanah rendah. Pondasi rakit sendiri dapat mereduksi penurunan yang tidak seragam (Non uniform settlement) dan juga dalam pelaksanaannya dapat mengurangi kebisingan dan getaran dibanding dengan menggunakan pondasi dalam tipe pancang. Pondasi rakit selain berfungsi untuk bangunan gedung juga dapat dibuat untuk konstruksi dengan beban merata seperti struktur tangki, mesin atau silo.
2.
Pondasi
Menengah
Pondasi
menegah marupakan jenis pondasi peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi
dalam dimana kisaran kedalamannya antara ± 4-10m di bawah permukaan tanah.
Pondasi menengah bisanya dibuat untuk jenis konstruksi dengan beban sedang
sampai besar misalnya untuk struktur bangunan gedung bertingkat. Namun hal ini
sekali lagi tergantung dari karakteristik daya dukung tanah di mana bangunan
itu didirikan, dimana jika dari hasil investigasi soil menunjukan nilai
kapsitas daya dukung tanah yang baik pada kedalaman antara 4-10 m hal ini
sangat memungkinkan dalam pemilihan jenis pondasi menengah. Jenis pondasi
menengah antara lain:
Pondasi Sumuran/Strauss Pile, pondasi jenis ini merupakan jenis
pondasi menengah yang berbentuk menyerupai sumur/caisson dimana dalam prosesnya dilakukan dengan melakukan
pengeboran titik pondasi dengan kedalaman tertentu kemudian dimasukkan ring caisson segmen ke dalamnya sampai
mencapai kedalaman yang direncanakan dan dilanjutkan dengan membuat tulangan
stek untuk sambungan kolom dan dimasukkan ke dalam lubang sumuran kemudian terakhir
adalah proses pengecoran dengan batu belah dan beton cycloop ke dalam lubang sumuran. Pondasi sumuran umumnya
berdiameter antara 50-100cm sesuai dengan desain rencana.
3.
Pondasi
Dalam
Pondasi dalam merupakan pondasi yang
digunakan untuk jenis bangunan dengan beban yang cukup besar khusunya untuk
struktur bangunan dengan massa dan beban rencana yang relatif besar misalnya
untuk gedung bertingkat/high rise
building, bangunan bentang lebar, jembatan, bendungan, dermaga, pabrik dsb.
Pondasi dalam biasanya memiliki kedalaman yang relatif dalam sampai mencapai
tanah keras bed rock soil dengan
nilai N- SPT > 50 atau CPT> 150 Kg/cm2. Pondasi dalam pada dasarnya memiliki daya dukung berupa daya dukung ujung (Point Bearing) yang terletak pada ujung pondasi tiang dan daya dukung kulit (Friction/Skin Bearing) terhadap tanah sepanjang selimut pondasi pile. Adapun jenis-jenis pondasi dalam akan
diuraikan di bawah ini, antara lain:
· Pondasi
Bor/Bored Pile, pondasi
ini merupakan jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung/silinder dengan panjang
yang bervariasi (10-20)m sampai tanah keras dengan diameter antara 20cm, 30cm,
40cm, 50cm dan 60cm, dimana dalam pelaksanaannya dibuat dengan metode
pengeboran titik pondasi sampai kedalaman yang direncanakan, Adapun urutan
pelaksanaannya natara lain:
- Mempersiapkan area kerja dengan koordinat titik pondasi yang akan dibor.
- Melakukan proses pengeboran titik pondasi. Biasanya pengeboran dilakukan dengan mesin bor auger wash bored crane (jika jenis tanah jenuh air) dengan terlebih dahiulu memasangan pipa casing temporary pada ujung atas lubang pengeboran. Pergerakan mesin bor crane sebaiknya ke belakang (mundur).
- Membuang tanah sisa pengeboran keluar dari lubang secraa perlahan-lahan dengan menggunakan bucket.
- Selama lubang pengeboran dilakukan sampai selesai maka proses selanjutnya yaitu perakitan tulangan pondasi. Umumnya tulangan pondasi bor dibuat dengan model spriral/spiral bar dan berdiameter sesuai dengan perencanaan.
- Memasukkan mortar bentonite slurry (Permeabilitas rendah) ke dalam lubang pondasi pada kedalaman rencana agar lubang pondasi tidak mengalami keruntuhan terlebih jika jenis tanah mengalami kondisi jenuh air.
- Setelah proses perakitan tulangan selesai maka rangkaina tulangan pile dimasukkan ke dalam lubang sampai kedalaman tertentu kemudian dilakukan pengecoran dengan menggunakan pipa tremi untuk mendistibusikan campuran beton segar/ready mix ke dalam lubang pondasi.
·
Pondasi
Frangki/Frangki Pile, pondasi
jenis frangki merupakan jenis pondasi dengan menggunakan metode tumbukan dengan
menggunakan pipa baja dan pengecoran. Pada dasarnya pondasi frangki merupakan
jenis pondasi dalam yang metode kerjanya cukup unik karena menggunakan metode
pukulan hammer pada dalam pile untuk memadatkan plug sampai membentuk tonjolan
besar pada dasar pile dan dilanjutkan dengan proses pengecoran pile. Franki
pertama kali dikembangkan oleh seorang insinyur dari Belgia yang bernama Edgard Frankignoul pada tahun 1909.
Sejak saat itu penggunaan tiang pancang Franki semakin berkembang hingga
sekarang. Adapun prosedur pelaksanaannya antara lain:
- Temporary casing ditancapkan pada posisi titik tiang, kemudian diisi adukan beton kering secukupnya sebagai sumbat (plug).
- Kemudian plug dipukul/ditumbuk dengan mesin hammer sehingga plug akan menurun bersamaan dengan pipa casing.
- Sampai mencapai kedalaman yang dikehendaki, casing ditahan dan plug ditumbuk sampai keluar dari pipa casing dan membentuk tonjolan yang membesar pada dasar pondasi. Hal ini akan menjadi daya dukung ujung/point bearing pada jenis pondasi franki.
- Proses selanjutnya yaitu perakitan tulangan pondasi. Umumnya tulangan pondasi bor dibuat dengan model spriral/spiral bar dan berdiameter sesuai dengan perencanaan.
- Setelah proses perakitan tulangan selesai maka rangkaian tulangan pile dimasukkan ke dalam lubang sampai kedalaman tertentu kemudian dilakukan pengecoran dengan menggunakan pipa tremi untuk mendistribusikan campuran beton segar/ready mix ke dalam lubang pondasi kemudian pipa baja temporary bersamaan diangkat secara perlahan-lahan ke atas sampai pengecoran selesai dilakukan dan siap dihubungkan dengan pile cap.
· Pondasi
Hammer Pile, pondasi
jenis ini merupakan pondasi dalam yang dalam aplikasi pelaksanaannya menggunakan
metode mesin hammer secara mekanik untuk memukul dan mendorong pile ke dalam tanah sampai elevasi
yang direncanakan. Pondasi hammer pile
umumnya terbuat dari beton precash prategang/prestrees concrete yang terfabrikasi/modular,
pipa baja atau profil baja dimana bentuk penampang pile ada yang berbentuk lingkaran/spun pile, segi empar/regtangle pile atau mini pile, dan segitiga/triagle
pile. Mesin pemacang yang biasanya digunakan berupa hammer diesel driving pile,
hydraulic hammer drving pile atau
dengan sistem tekan/drop yaitu Hydraulic Static Pile Driving (HSPD). Urutan
pelaksanaan nya lebih sederhana dibandingkan jenis pondasi bored pile yaitu dengan melakukan proses mobilisasi precash pile ke lokasi proyek kemudian
setelah lokasi titik koordinat pile ditentukan maka dilakukan tahap pemancangan
pada titik pile yang direncanakan sampai kedalaman yang ditentukan.
Tetapi kelemahan dari pondasi hammer pile
yaitu menimbulkan kebisingan dan getaran bagi masyarakat di sekitar lokasi
proyek dan berpotensi menimbulkan retak dan patah pada pile sewaktu pemancangan
berlangsung. Tetapi sekarang ini telah banyak metode pengetesan kualitas pile antara
lain dengan menggunakan metode kalendering (konvensional) atau Pile Driving Analysis (PVD) untuk mengetahui
daya dukung axial tiap pile serta metode Pile
Integrity Test (PIT) dan Sonic Loaging
yang berfungsi untuk mengetahui tingkat keutuhan suatu pile baik dari parameter luasan maupun volume suatu pile sehingga dapat secara dini mendeteksi tingkat kerusakan pada
pile (retak atau patah) dan dapat dilakukan tindakan perbaikan secara dini sebelum bangunan atas/upper structures
di laksanakan.
Dari berbagai jenis kategori pondasi yang
telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan jenis pondasi pada
bangunan sangat ditentukan dari jenis fungsi bangunan itu sendiri serta
karakteristik dari lapisan tanah dimana bangunan itu akan didirikan. Oleh
karena itu seorang insinyur perencana harus dengan cermat dan teliti
menganalisis dalam pemilihan jenis pondasi pada suatu struktur bangunan yang
hendak direncanakan dikarenakan pondasi merupakan salah satu unit struktur yang
bersifat vital dalam meneruskan beban-beban yang akan bekerja di atasnya.
Semoga dengan artikel yang saya berikan ini dapat berguna bagi pembacanya. Terima
Kasih.
Oleh: Dr. Ir. James Thoengsal, M.T., IPM.
Referensi:
Metode Konstruksi Gedung Bertingkat (Ir. Asiyanto, MBA., IPM).
Artikel mantab
BalasHapusArtikelnya sangat membantu
BalasHapusArtikelnya sangat baik
BalasHapusMohon izin mengutip
jadi tau sekarang makasih ya kak
BalasHapusunited tractors indonesia