Green Building Konsep
Monday, 25 April 2016

Ir. Rana Yusuf Nasir, IPM
(Core Founder GBCI)
    Pertumbuhan jumlah manusia dalam dua 
abad terakhir yang eksponensial dan sangat pesat serta tidak terkontrol 
di akhir abad ini menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah untuk
 manusia itu sendiri maupun bumi sebagai tempat tinggalnya. Demi 
memenuhi kebutuhan hidup, manusia memanfaatkan sumberdaya alam yang ada 
di bumi.
    Pembangunan kota dan gaya hidup manusia 
yang tidak terkontrol menyebabkan kebutuhan akan energi listrik, air dan
 sumberdaya lainnya meningkat, terutama di daerah perkotaan.
    Diperkirakan bahwa pada tahun 2050 
nanti, konsumsi energi global akan meningkat  dua kali lipat. Karenanya 
produksi listrik juga meningkat luar biasa seraya melepas CO2 yang 
merupakan kontribusi terbesar sebagai gas rumah kaca. Selama kurun waktu
 ratusan ribu tahun yang lalu konsentrasi CO2 di atmosfir hampir konstan
 pada tingkat 230ppm, namun sejak revolusi industri pada abad 18, 
meningkat tajam dan saat ini berada pada level 400ppm hanya dalam kurun 
150 tahun. Ini mengakibatkan kenaikan suhu global bumi sebesar 1oC. Kalau pola konsumsi energi masih seperti sekarang, maka pada tahun 2050, suhu global meningkat menjadi 2oC,
 dan itu akan mengakibatkan es di kutub mencair, menyebabkan kenaikan 
permukaan laut yang akan menenggelamkan banyak daerah seperti Manhattan 
di New York, kota Shanghai, dan delta sungai Mekhong .
     Selain itu, kenaikan konsumsi energi 
listrik seperti itu dapat menimbulkan kelangkaan minyak bumi. Hampir 
separuh dari energi listrik di Indonesia berasal dari minyak bumi, dan 
hanya 5% dari energi terbarukan. Indonesia yang dulu terkenal sebagai 
negara penghasil minyak bumi, saat ini sudah menjadi “net importer oil country” dan mempunyai cadangan minyak hanya untuk 20 tahun lagi, kurang dari satu generasi.
     Itulah beberapa masalah yang ditimbulkan
 akibat kerakusan dan kelalaian manusia. Namun, jika manusia dapat 
mengubah pola hidupnya maka semua ketakutan akan krisis sumberdaya alam 
dapat diatasi. Seluruh dunia kini terfokus untuk mencari solusi dari 
berbagai permasalahan alam yang timbul. Salah satu solusinya yaitu 
dengan menerapkan konsep green building. Ini merupakan salah 
satu bentuk tanggung jawab dari professional di industri bangunan 
sehubungan dengan dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Apa itu green building?
     Green building adalah bangunan 
yang sejak perencanaan, pembangunan dalam masa konstruksi dan dalam 
pengoperasian dan pemeliharaan selama masa pemanfaatannya menggunakan 
sumberdaya alam seminimal mungkin, pemanfaatan lahan dengan bijak, 
mengurangi dampak lingkungan serta menciptakan kualitas udara di dalam 
ruangan yang sehat dan nyaman.
      Konsep green building akan mengurangi konsumsi energi secara signifikan melalui beberapa metode desain pasif dan desain aktif. Menggunakan konsep green building tidak perlu mengorbankan kenyamanan dan produktivitas akibat penghematan energi. Green building tidak
 hanya hemat energi tapi juga hemat air, melestarikan sumberdaya alam, 
dan meningkatkan kualitas udara serta pengelolaan sampah yang baik. 
Dalam mengantisipasi krisis air bersih, dikembangkan konsep pengurangan 
pemakaian air (reduce) dengan produksi alat saniter yang hemat air, penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pemanfaatan air hujan yang jatuh di atap bangunan (rain water harvesting).
    Pengakuan sebuah bangunan sebagai green building didapat setelah disertifikasi bedasarkan perangkat penilai (rating tools). GBCI mengembangkan perangkat penilai yang disebut Greenship, yang terdiri dari kriteria pemanfaatan lahan dengan bijak, Appropriate
 Site Development (ASD), Energy Efficieny & Conservation (EEC), 
Water Conservation (WAC), Material Resource & Cycle (MRC), Indoor 
Health & Comfort (IHC) dan terakhir Building Environment Management (BEM).
     Pada saat ini, gedung yang sudah tersertifikasi oleh GBCI berjumlah 11 bangunan untuk New Building dengan rata-rata penghematan sebesar 43% dan 6 bangunan tersertifikasi untuk Existing Building dengan penghematan 11,2%. Sementara, saat ini, 55 gedung sudah terdaftar di GBCI untuk mengikuti proses sertifikasi. 
     Banyak orang yang salah persepsi terhadap konsep green building. Yang satu beranggapan bahwa konsep itu mahal, terlalu rumit, yang lain hanya ingin menggunakan label green building sebagai marketing tools saja. Green building bukanlah sebuah trend, yang dapat berubah mengikuti zaman. Bukan juga sebuah konsep engineering yang memanfaatkan teknologi belaka. Tapi konsep green building adalah sebuah “perubahan”.
    Perubahan dalam gaya hidup, dalam peri 
laku yang konsumtif, perubahan dalam cara membangun gedung dan 
memanfaatkannya, perubahan mendasar yang bukan saja harus dilakukan oleh
 para profesional, tapi juga oleh seluruh masyarakat di dunia.
    Green building merupakan konsep
 pembangunan yang berbasis pada keseimbangan alam. Jika kita menerapkan 
konsep tersebut maka pertumbuhan manusia akan selaras dengan pembangunan
 yang seimbang dengan alam yang menjamin kehidupan generasi mendatang.
   Mari kita simak yang dikatakan oleh Al Gore, mantan Wakil Presiden dan penerima hadiah Nobel untuk lingkungan : “Kita tidak mewariskan bumi ini dari nenek moyang kita, tapi kita meminjamnya dari anak cucu kita”.
 Beri mereka 
kesempatan untuk hidup dengan kecukupan dalam memenuhi kebutuhannya, 
demi kelangsungan kehidupan manusia di bumi ini.
Sumber:
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar