Kegagalan Proyek Konstruksi
Rabu, 15 Juli 2015
Dalam topik kali ini saya tertarik untuk mengulas sedikit mengenai faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi yang marak terjadi akhir-akhir ini, sebelum mengatahui penyebab kegagalan konstruksi terlebih dahulu saya akan menjelaskan sedikit defenisi kegagalan konstruksi. Pengertian kegagalan konstruksi secara umum dapat diartikan sebagai kegagalan fisik suatu bangunan atau infrastruktur, namum jika dikaji lebih lanjut maka kegagalan konstruksi tidak hanya berdasarkan pada kondisi fisik suatu bangunan namun dapat pula dilihat dari aspek fungsi dan manfaatnya bagi lingkungan di sekitarnya. Kadang dalam realita sehari-hari ada jenis produk konstruksi yang secara fisik memenuhi standar perencanaan dan pelaksanaan (layak secara fisik) namun dari aspek fungsi mala tidak dapat berfungsi seperti yang direncanakan atau keberadaan dari konstruksi tersebut justru mengganngu lingkungan di sekitarnya. Jadi secara integrasi kegagalan konstruksi merupakan bentuk penyimpangan yang timbul akibat ketidaksesuaian terhadap spesifikasi, manfaat, fungsi serta kesepakatan dalam kontrak yang dibuat baik dari pihak pengguna jasa, konsultan maupun pelaksana konstruksi.
Gambar Salah Satu Contoh Kegagalan Fisik Bangunan
Faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi sangat beraneka ragam, baik yang berasal dari luar (eksternal) maupun yang berasal dari dalam (internal). Adapun beberapa faktor yang secara garis besar berpengaruh dan menjadi parameter terhadap kegagalan konstruksi, antara lain akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan
Kesalahan dalam tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang cukup meluas ke beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi non fisik juga. Dalam proses pembuatan dan analisis studi kelayakan tentunya perlu memperhatikan aspek-aspek secara menyeluruh/komprehensif yang akan di proyeksikan ke depan baik pada tahap pelaksanaan/konstruksi maupaun pasca konstruksi dimana berdampak langsung terhadap daerah di sekitarnya baik dari segi pemanfaatan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan peraturan yang berlaku. Jadi pada tahap ini jika tidak dilakukan dengan cermat khusunya bagi proyek yang berskala besar maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam tahapan ke depannya yang tentunya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan suatu konstruksi.
2. Kesalahan Dalam Perencanaan dan Perancangan
Kesalahan perencanaan dan perancangan merupakan faktor yang sangat penting dan vital dimana sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi yang akan dilaksanakan dilapangan, jika dalam aspek perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan atau menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan akan sangat signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan. Perencanaan dalam hal ini dapat berupa perencanaan dan perancangan desain fisik/ukuran dan keamanan, perencanaan anggaran, perencanaan mutu, perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan dihasilkan.
3. Kesalahan Dalam Pelaksanaan
Kesalahan pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan kontruksi, dimana dalam tahap pelaksanaan juga memegang peranan penting terhadap kegagalan kontruksi yang tentunya lebih berorientasi kepada pihak pelaksana proyek/kontraktor. Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang buruk. Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka tingkat risiko kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat direduksi.
4. Kesalahan Operasional
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada pihak pemilik proyek konstruksi dalam tahap penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, dimana jika pihak pemilik melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat berpotensi menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang awalnya diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi gudang atau menambah jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu lantai atau pembangunan gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama sekali/ganggur, serta perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi rencana awalnya juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat fisik maupun nonfisik.
5. Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan kualitas produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem manajemen perawatan bangunan. Jika tingkat frekuensi perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan. Inspeksi perawatan bangunan berfungsi untuk mendeteksi secara dini kerusakan dari fisik bangunan/infrastruktur sehingga langkah repair/perbaikan dapat dilakukan sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan yang lebih buruk serta pembengkakan biaya.
6. Usia/Umur Bangunan
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap kegagalan konstruksi bangunan dimana jika umur suatu produk bangunan melampaui dari umur yang direncanakan maka dapat berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini diakibatkan karena tingkat kekuatan bangunan mengalami penurunan selama umurnya serta kelelahan/fatique yang terus-menerus selama umur bangunan tersebut.
7. Manfaat dan Dampak
Manfaat dalam hal ini lebih ke dampak terhadap produk konstruksi yang telah dibuat/terealisasi dan dioperasikan. Kegagalan konstruksi juga bukan hanya masalah kegagalan fisik semata melainkan dapat dilihat dari aspek manfaatnya setelah beroperasi. Kadang banyak hasil produk konstruksi berupa bangunan yang setelah selesai dibuat sesuai dengan sesifikasi perencanaan dan dioperasikan sesuai dengan fungsinya, tetapi dari aspek manfaat justru memberikan dampak yang buruk terhadap masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Misalnya pencemaran lingkungan, rusaknya vegetasi disekitarnya, terjadinya kesenjangan sosial dsb.
8. Disaster/Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit untuk diprediksi secara tepat (Act of God), faktor bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun akibat faktor internal/kelalaian manusia seperti bencana gempa/Earth Quake, flood/banjir, Tsunami, tanah longsor/land slide, Topan, kebakaran, ledakan, Amblas, dsb. Oleh karena itu untuk mengurangi tingkat risiko akibat faktor ini maka banyak pihak pemilik produk konstruksi mengalihkan risiko tersebut ke pihak ke-3 seperti asuransi.
Dari penjelasan faktor-faktor tersebut tentunya membutuhkan banyak pemahaman bagi semua pihak dalam penyelenggaraan konstruksi baik dari pemilik proyek, konsultan maupaun pelaksana. Dengan pemahaman dan tanggung jawab yang tinggi akan hal tersebut maka tentu saja dapat mengurangi terjadinya kasus-kasus kegagalan konstruksi yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian materi ke depannya (khsusunya di Indonesia).
Oleh : Dr. Ir. James Thoengsal, M.T., IPM.
BalasHapusThanks infonya. Oiya ngomongin gagal, ternyata ada loh beberapa jurus oke untuk bisa bangkit dari hal tersebut. Yuk cek selengkapnya di artikel yang saya temuin ini: Tips jitu bangkit dari kegagalan