Topik Artikel dan Informasi

Proyek Yang Efisien Akan Hemat dan Tepat Guna Dengan Inovasi


Kamis, 11 Agustus 2016
 
Melaksanakan pembangunan proyek dengan kecukupan biaya dan ketepatan waktu semata, tidaklah cukup. Dalam pandangan profesional sebagai pelaksana proyek, kebanyakan dari pelaksana hanya berorientasi pada kedua hal di atas. Mereka berpendapat bahwa proyek akan mengalami kegagalan apabila pekerjaan penyelesaiannya dilaksanakan tidak tepat waktu atau munculnya pembengkakan biaya. Akan tetapi, hendaknya perlu diperhatikan bahwa kedua hal itu hanya merupakan titik awal dari suksesnya proyek yang sedang dilaksanakan.

Permasalahan lebih penting yang perlu dicermati adalah bagaimana proyek yang dilaksanakan mampu menciptakan kondisi yang mendorong perkembangan bisnis pemilik aset menjadi lebih maju dan berkembang tanpa melupakan standar proses yang berlaku. Oleh karena itu, pemilik aset hendaknya berperan aktif dalam perencanaan dan konstruksi proyek, serta tidak menyerahkan begitu saja semua permasalahan kepada pihak konsultan. Melalui pendekatan ini, projek jalan layang tol yang akan dibangun secara dinamis mampu merefleksikan misi dan citra perusahaan, serta membuat suasana menjadi lebih inovatif, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih energik. Untuk itu, sebagai pemilik aset diharapkan selalu berada bersama dalam tim untuk mengikuti proses pelaksanaan, agar tujuan utama proyek tercapai. Inovasi dan seni pada value engineering untuk pengelolaan konstruksi, metoda ini didasarkan pada pemahaman bahwa fungsi yang disandang oleh sebuah produklah yang merupakan kunci untuk mencapai nilai yang baik.

Tanggung jawab utama untuk desain tetap ada pada perencana dan karena itu perencana harus memutuskan apakah akan menerima dan mengimplementasikan perubahan-perubahan yang diusulkan atau menolaknya dengan argumentasi yang valid. Risiko yang terlibat di dalamnya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan di dalam pengusulan gagasan-gagasan yang baru.

Inovasi sangat erat kaitannya dengan Value Engineering (VE), dimana VE atau Rekayasa Nilai adalah usaha yang terorganisasi/sistematis yang ditujukan untuk menganalisa fungsi dan barang dan jasa guna mencapai fungsi dasar dengan total biaya yang paling rendah, konsisten dengan pencapaian karakteristik yang esensial, yaitu performa, durability, reliability dan quality. VE sering juga disebut dengan value analysis, value management (VM), atau value planning, yang merupakan suatu metoda yang didasarkan pada metodologi nilai atau value methodology Adapun tujuan dari adanya VE ini adalah untuk mengefisienkan penggunaan sumber daya, orang, waktu dan material, menciptakan perubahan dengan kesengajaan dan membentuk ketrampilan baru pada individual. Adapun elemen yang tercakup dalam VE ini adalah : function analysis, creative thinking, VE Job plan, Life Cycle costing, evaluation matrix, functional analysis system technique, cost&worth, habits roadblocks and attitude dan managing the ownership/designer/value consultant relationship.

VE merupakan metode yang sebenarnya saat ini sudah harus diterapkan di Indonesia secara legal. Kita selalu mendengar berita-berita di berbagai media mengenai proyekproyek yang dianggap tidak efisien bahkan sia-sia.

VE sebenarnya dapat diterapkan disemua bidang, tidak hanya di bidang konstruksi saja. Jika VE bisa diterapkan pada bangunan sederhana, mengapa tidak diterapkan di proyek-proyek besar seperti Pelabuhan Laut, Bandara, Fly Over, Jembatan, High Rise Building, Bendungan, Jalan tol, terowongan, dan lain sebagainya. Di saat kondisi ekonomi yang belum bagus seperti saat ini, efisiensi dan efektivitas sebuah proyek mesti diberi perhatian lebih. Jangan ada lagi proyek-proyek mubazir yang sangat merugikan banyak
pihak. Untuk mendapatkan efisiensi dan efektifitas itulah VE dapat berperan.

Selama ini, realita yang terjadi adalah masih lemahnya analisa pada barang dan jasa sehingga menimbulkan inefisiensi, bahkan kerugian operational yang tidak bisa dianggap enteng. Lalu apa yang menyebabkan lemahnya kemampuan analisa yang selama ini terjadi?

Keterbatasan waktu, informasi, ide dan kesalahan konsep menjadi bumerang mengapa kondisi tersebut masih berlangsung, jika tanpa penanganan. Demikian pula dengan adanya asumsi-asumsi sementara yang menyebabkan ketidakpastian situasi. Sementara habits dan attitudes juga menjadi sumber mengapa analisa belum dilakukan optimal. Namun ada tindakan yang disengaja yang justru membuat ketidakefisiensian yaitu
karena pertimbangan politis dan tindakan penghematan.

VE sering dilakukan pada semua proyek. Bahkan prinsip-prinsip VE sebenarnya adalah hal yang sudah biasa dilakukan, tetapi belum tersusun rapi dalam suatu prosedur. Pada proyek-proyek besar, pembangunan secara bertahap sudah biasa dilakukan, yaitu pembangunan bertahap yang merujuk pada satu perencanaan yang matang.

Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan VE?
VE bisa dimanfaatkan sebagai bisnis. Namun VE ini sulit berkembang di proyek instansi pemerintahan karena kebanyakan pemerintah tidak attractive dan kurang mengkaitkan dengan nilai yang jelas. Sementara di swasta apabila VE ini diterapkan, makna penghematan bisa dianggap sebagai saving yang akan menguntungkan perusahaan swasta tersebut. Namun dengan menggunakan VE ini para arsitek menjadi lebih sibuk karena adanya alternative lain dan ditemukannya alternative temuan baru setelah melakukan prosedur VE.

Yang menarik, VE sebagai teknik PARETO
Teknik Pareto adalah suatu analisa yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilfredo Pareto, seorang Pakar Eknomi dari Italia. Perumusan prinsip pareto kemudian dilakukan oleh J.M Juran dan dikenal dengan prinsip 80-20, yaitu 80% efek atau akibat yang mempengaruhi suatu proses diakibatkan oleh suatu tahapan produksi yang memiliki prosentase bobot 20%. Prinsip Pareto bertujuan untuk mengenali akar permasalahan dari suatu proses yang selanjutnya digunakan menentukan masalah mana yang paling penting untuk dijadikan prioritas pemecahannya sehingga akan dihasilkan feedback dan hasil yang lebih besar dari usaha yang dilakukan. Sehingga bila kita hubungkan VE dengan teknik Pareto maka VE adalah suatu teknik analisa untuk mengenali potensi dan peluang efisiensi terbesar pada suatu bagian, dengan mengevaluasi tahapan kecil dari suatu proses produksi yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap pembiayaan.

Prosedur apa saja dalam VE?
Pada dasarnya, VE ini ada beberapa tahap fase . Fase-fase tersebut merupakan prosedur yang sistematis yang pada intinya dimulai dari pengumpulan informasi, menentukan permasalahan, mencari alternatif solusi, memilih solusi terbaik sampai kemudian mengembangkan solusi tersebut menjadi proposal.

Fase pertama, disebut dengan Information Phase, di mana pelaksana mendapatkan berbagai informasi misalnya mengenai desain, latar belakang, kendala, dan proyeksi biaya proyek. Tim VE akan mengetahui pentahapan/langkah-langkah analisis fungsi dan mendapatkan data mengenai proyek yang akan dikerjakan, termasuk dalam hal ini siapa saja dan bagaimana karakter yang akan memanfaatkan proyek nantinya. Identifikasi fungsi dan analisa fungsi dijadikan dasar dalam pencarian altematif komponen nantinya. Pada fase ini juga dilakukan evaluasi, dimana penyaringan ide-ide yang diperoleh pada fase kreativitas. Setelah fungsi-fungsi suatu produk atau jasa teridentifikasi maka evaluasi penting dilakukan untuk mendapatkan nilai kegunaan (worth) fungsi-fungsi tersebut.

Yang kedua, Creative Phase. Creative Phase ini membiarkan pelaku melakukan brainstorming yang bakal memunculkan ide-ide gila yang selanjutnya akan dikoleksi dan direcord, juga dilakukan pencarian solusi terhadap informasi-informasi yang diperoleh pada fase informasi. Dalam fase ini, semua ide-ide boleh dikeluarkan, tidak boleh ada pembatasan sebuah ide. Semua ide akan diterima dan dicatat selagi tidak keluar dari koridor permasalahan.
Fase ketiga adalah Judgment Phase. Ide-ide yang dikumpulkan tadi dinilai, discore, dan dimasukkan dalam matrix penilaian sehingga didapat score dalam range terendah hingga tertinggi. Semua dipelajari, kemudian disaring dan dipilih yang paling memenuhi “fungsi” atau mempunyai “Value” yang baik.
Langkah selanjutnya adalah Development Phase. Hasil tadi kemudian diaplikasikan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Dari analisis yang diperoleh pada fase informasi, kreativitas dan evaluasi, maka misalnya membuat gambar desain proyek sesuai dengan karakter yang telah direncanakan.

Setelah itu dilakukan perumusan dan direkomendasikan sebagai standard untuk melaksanakan VE, yang disebut sebagai Recomendation Phase. Tim VE menelaah gagasan atau alternatif yang terpilih dan menyiapkan deskripsi, gambar-gambar dan estimasi terkait yang mendukung rekomendasi yang diajukan sebagai proposal VE yang resmi.

Berdasarkan grafik peluang efisiensi dari VE, maka penghematan biaya terbesar dan yang paling menguntungkan sebenarnya ada saat perencanaan atau review desain. Peluang penghematan biaya akan semakin menurun bila mengusulkan proposal VE dalam masa pelaksanaan.

Dari beberapa paparan diatas maka dapat disimpulkan saat ini VE sangat penting terutama di bidang Konstruksi, oleh karena itu sangat dibutuhkan tenaga professional yang bersertifikat Internasional.

Contoh Kasus 
Proyek Jalan Layang Tol JORR E3 dan Pembangunan Bendung Gerak Serayu.
Optimasi pada Proyek Jalan Layang Tol JORR E3 dilakukan dengan melaksanakan Value Engineering, penggantian Box Girder dengan PC I Girder, dimana bias menghemat biaya Proyek +/- 8 % dan percepatan waktu dari 2 tahun menjadi 1tahun 2 bulan, dengan percepatan 8 bulan, berarti jalan tol bisa dioperasikan 8 bulan lebih awal. Efisiensi pada Proyek Bendungan Serayu dilakukan dengan melakukan review terhadap metode kerja dan material bendung. Posisi bendung yang berada di tikungan sungai yang sebelumnya dianggap sebagai permasalahan yang signifikan ternyata memberikan peluang efisiensi. Karena arus sungai yang sangat besar metode kerja bendung diubah dan dilakukan melalui dua tahap. Dari hasil analisa secara keseluruhan dengan metode tersebut justru mempercepat waktu pelaksanaan dan menghemat material karena pasir dan batu sungai berkumpul pada tikungan sungai. Material ini kemudian digunakan sebagai pengganti material yang berasal dari peledakan Quary (yang terletak dipinggir jalan antara kota Purwokerto – Cilacap) yang akan diledakkan dengan dinamit dan dipecah melalui Crushing Plant yang berlokasi jauh dari site (25 KM). Penghematan material dan waktu pelaksanaan inilah yang selanjutnya membantu efisiensi dari biaya proyek secara keseluruhan.

 
Ir. Suardi Bahar, M.T., IPM. 

1 komentar: