Topik Artikel dan Informasi

Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Sisa Material Pada Proyek Konstruksi


Sabtu, 20 Desember 2014 



Secara umum waste material (Limbah) merupakan sesuatu yang tidak memiliki nilai, manfaat, atau dengan kata lain tidak diinginkan lagi bagi pemiliknya. Jika dilihat secara komprehensif jenis-jenis limbah dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan wujudnya dapat dikategorikan menjadi limbah padat, cair dan gas, sedangkan berdasarkan sumbernya maka limbah dapat dikelompokkan menjadi:
  • Commersial Waste (Pertokoan, restoran, pasar, hotel, apartemen dsb)
  • Residential Waste (Pemukiman/Perumahan)
  • Municipal Waste (Limbah Perkotaan)
  • Institutional Waste (Sekolah, Kantor, Rumah Sakit)
  • Industrial Waste (Pabrik)
  • Construction & Demolition Waste (Proyek Konstruksi dan Pembongkaran Bangunan)
  • Agricultural Waste (Taman, Sawah, Ladang)

 (Sumber: Visionscape Group)

Namun dalam artikel ini akan lebih difokuskan pada jenis limbah selama konstruksi. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi penggunaan material merupakan unsur sumber daya yang sangat vital untuk mewujudkan tujuan perencanaan suatu proyek. Waste material konstruksi dapat dikategorikan berdasarkan proses pengelolahannya antara lain:
  • Waste Material Konstruksi yang Berpotensi Digunakan Ulang (Reused)
  • Waste Material Konstruksi yang Berpotensi Didaur Ulang (Recycle)
  • Waste Material Konstruksi yang Berpotensi Diperbaiki (Repair)
  • Waste Material Konstruksi yang Memerlukan Penanganan Khusus Seperti Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)- Hazardous Material
  • Waste Material Konstruksi yang Sudah Tidak Dapat digunakan maupun di daur ulang dan biasanya berakhir di lahan pembuangan (Landfill).

Jumlah volume waste material konstruksi pada setiap proyek sangat bervariasi. Adapun beberapa ukuran yang menentukan besarnya jumlah volume waste material konstruksi antara lain:
  • Jenis Proyek (Gedung, Jembatan, Jalan, dsb)
  • Skala proyek berupa Besar dan Luas Area Proyek (Bangunan sederhana, sedang dan besar).
  • Aktifitas Kegiatan (Konstruksi, Renovasi, Perbaikan dan Pembongkaran) 

 Namun dalam kenyataan di lapangan penggunakan material sering dialokasikan secara tidak optimal dan efisien yang tentunya disebabkan oleh banyak faktor yang akan saya kaji lebih lanjut pada artikel ini. Penggunaan material yang tidak optimal tersebut biasanya berupa sisa-sisa material yang timbul sehingga mengakibatkan banyak sisa material  terbuang dengan sia-sia yang menyebabkan penyimpangan anggaran material rencana dengan kondisi aktualnya. Kondisi demikian yang sering disebut dengan istilah sisa material (Waste Material).

 


Dalam beberapa kasus yang sering saya temukan di lapangan, banyak kontraktor dalam pelaksanaannya tidak memperhitungkan penggunaan material secara optimal dan efisien sehingga sering menimbulkan terjadinya sisa material yang jumlahnya dapat mempengaruhi rencana anggaran material yang selanjutnya berpengaruh terhadap tingkat keuntungan bagi pihak pelaksana/Kontraktor. Hal ini bagi sebagian orang merupakan suatu kesempatan dalam memanfaatkan sisa material tersebut karena  memiliki nilai ekonomis jika dijual terutama sisa material yang bersifat logam. Secara umum sisa material yang sering dijumpai dalam pelaksanaan konstruksi yaitu berupa material sisa potongan besi tulangan, bekisting/cetakan kayu, campuran beton, acian, plesteran, cat, paku, kawat, dan masih banyak lagi material yang memiliki potensi menimbulkan sisa dalam pelaksanaanya. Adapaun faktor-faktor yang secara umum dapat menimbulkan terjadinya sisa material (Waste Material), antara lain:

  • Proses pengiriman Material, kondisi ini dapat memungkinkan terjadinya waste material jika selama proses pengiriman sampai ke lokasi tidak dilakukan dengan benar atau tidak berjalan dengan lancar misalnya kesalahan dalam menyusun material saat pengiriman, kondisi perjalanan yang tidak mendukung misalnya kerusakan jalan yang dapat merusak kondisi material saat pengiriman dan juga proses pembongkaran material yang tidak benar. Hal demikian sering  menimbulkan sisa material akibat kerusakan yang ditimbulkan.  

  • Adanya Perubahan Desain (Redesign), pada kondisi ini dengan adanya perubahan desain awal misalnya adanya perubahan yang dilakukan oleh konsultan perencana terhadap desain awal. Sehingga secara langsung dapat menimbulkan sisa material  yang terbuang secara sia-sia dari pekerjaan yang telah dikerjakan. 

  • Adanya perubahan pekerjaan oleh owner (Change Order), pada kondisi ini hampir mirip dengan perubahan desain tetapi pihak yaang melakukan perubahan yaitu si pemilik proyek (Owner) yang tentunya dapat menimbulkan terjadinya sisa material yang telah dikerjakan. Karena umumnya proses perubahan desain oleh owner (Change Order) terjadi pada saat pekerjaan dikerjakan atau setelah pekerjaan selesai dikerjakan, jadi secara tidak langsung  akan menimbulkan sisa material.   

  • Adanya Pekerjaan Yang Diulang (Rework), kondisi ini biasanya terjadi pada pihak pelaksana yang mungkin diakibatkan oleh kurangnya skill dan komunikasi dari para pekerja atau pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksana proyek yang mengakibatkan terjadinya pekerjaan yang berulang-ulang sehingga  tentunya dapat menimbulkan sisa material. 

  • Kualitas Material, kualitas material merupakan hal yang mempengaruhi tingkat dari sisa material pada proses pelaksanaannya, karena jika material konstruksi memiliki kualitas yang kurang maka akan mempengaruhi proses pelaksanaan dan tentunya akan menimbulkan sisa material. Misalnya jika kualitas campuran mortar untuk pekerjaan acian memiliki kualitas yang rendah tentunya pada saat pelaksanaan akan menimbulkan banyaknya campuran yang tidak dapat merekat dengan baik dan akhirnya menimbulkan sisa material yang tidak terpakai. 

  • Keahlian/Keterampilan SDM (Skill), faktor ini mungkin merupakan faktor yang berperan penting dalam timbulnya sisa material dalam pelaksanaan, dimana banyak ditemukan di lapangan bahwa pekerja yang tidak memiliki keahlian/skill dalam pelaksanaan sering menggunakan material secara tidak efisien. Peranan skill pekerja dalam mengunakan material secara efisien akan mereduksi timbulnya sisa material dalam pelaksanaan. Dalam hal ini peranan pelaksana/kontraktor dalam suatu proyek juga berpengaruh terhadap tingkat sisa material yang ditimbulkan, jika sistem manajemen pengawasan yang diterapkan oleh pihak pelaksana dilakukan dengan baik, tentunya akan mengurangi sisa material yang dapat ditimbulkan. 

  • Cara penyimpanan Material di Lokasi Proyek, cara penyimpanan juga berpengaruh dalam munculnya sisa material, dimana jika cara penyimpanan material yang tidak benar maka akan menimbulkan kerusakan material sehingga menghasilkan sisa material yang terbuang secara percuma. Misalnya proses penyimpanan material semen jika diletakkan pada landasan yang lembab atau basah tentunya akan merusak material semen tersebut.  

  • Pengawasan, Pengawasan merupakan hal yang tidak bisa lepas dari kegiatan pelaksanaan konstruksi. Kurangnya pengawasan yang optimal dapat menjadi sumber terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan item pekerjaan di lapangan, dengan kata lain jika hal ini terjadi maka dapat meningkatkan risiko terjadinya pekerjaan yang menghasilkan waste material. 

  • Metode Kerja, faktor ini sering dipengaruhi oleh tingkat keahlian dan keterampilan penggunanan sumber daya manusia dalam pelaksanaannya, metode kerja yang tidak benar dalam proses pelaksanaan akan berakibat pada munculnya pekerjaan yang tidak sempurna yang dapat menghasilkan pekerjaan berulang (Rework) yang tentunya akan menimbulkan penggunaan material yang tidak efisien. 

  • Miss Komunikasi, dalam aktivitas pekerjaan konstruksi, proses instruksi atau pengarahan kepada pekerja sangat ditentukan dari cara penyampaian atasan pada pekerja di bawahnya, oleh karena itu salah satu faktor penentu keberhasilan proyek konstruksi adalah cara komunikasi yang baik dimana komunikasi harus  jelas dan tidak disalah artikan oleh pihak penerima arahan. Miss komunikasi dalam aktivitas konstruksi hampir sering terjadi baik yang berdampak kecil maupun besar dan tentunya akan mengakibatkan kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan sehingga berpotensi menimbulkan pekerjaan rework yang berakibat pada penurunan efisiensi penggunaan material. 

  • Informasi Kurang Jelas, dalam hal ini erat kaitannya dengan proses komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan konstruksi, yaitu dalam proses komunikasi terdapat informasi yang disampaikan dari pihak atasan kepada para bawahannya, sering ditemukan di lapangan bahwa komunikasi bersinergi dengan informasi yang disampaikan dimana jika proses komunikasi yang kurang jelas saat penyampaian maka kemungkinan informasi yang diterima akan berpengaruh. Informasi dalam proyek konstruksi bisa berasal dari pihak pemilik proyek seperti gambaran lokasi kerja, dari pihak konsultan berupa informasi gambar-gambar perencanaan, dari pihak supplier berupa informasi spesifikasi material dan jika informasi-informasi tersebut disampaikan secara kurang jelas atau salah maka pihak pelaksana dalam hal ini kontraktor akan melakukan pekerjaan yang menyimpang yang tentunya akan mengakibatkan pekerjaan berulang/rework sehingga berpotensi menimbulkan material sisa dan kerugian lainnya. 

  • Kondisi Lapangan, sering ditemukan dalam realita di lapangan dimana kondisi atau keadaan lokasi proyek juga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pekerjaan yang dikerjakan, sebagai contoh dalam suatu proyek  dimana kualitas material yang diberikan memenuhi standar dan pekerja telah memiliki kompetensi yang cukup memadai, tetapi dari sisi lain ketika elemen pekerjaan telah selesai dikerjaan terjadi masalah pada kondisi tanah tepat pada elemen pekerjaan tersebut dikerjakan sehingga menimbulkan rusaknya pekerjaan yang telah dikerjakan dan tentunya menngakibatkan timbulnya material sisa. 

  • Kesalahan Estimasi Volume Pekerjaan, jika seorang estimator melakukan kesalahan dalam perhitungan volume item pekerjaan yang akan dilaksanakan tentunnya akan berdampak pada timbulnya sisa material yang tidak efisien, misalnya dalam hasil perhitungan kuantitas volume material ternyata melebihi dari yang digunakana secara aktual di lapangan dalam jumlah yang banyak, hal ini tentunya akan menghasilkan sisa material yang sangat berarti. 

  • Keterlambatan Pengiriman Material, Salah satu faktor penyebab timbulnya waste material yaitu jika proses pengiriman material selama proses konstruksi mengalami keterlambatan sehingga untuk beberapa jenis material akan mengalami kerusakan dikarenakan menunggu dalam waktu yang cukup lama sehingga akan menimbulkan kerusakan dan tentunya secara tidak langsung menghasilkan waste material. 

  • Keterlambatan Pengambilan Keputusan, Perlu disadari bahwa dalam proses pengambilan keputusan dalam proses konstruksi sering mengalami pertimbangan yang cukup lama sehingga jika hal demikian dilakukan dalam keadaan tertentu akan berpotensi dalam menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan item pekerjaan konstruksi sehingga dampak tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan material dalam durasi yang lama dan menimbulkan waste selama konstruksi.  

  • Perencanaan Yang Tidak Standar, Salah satu faktor penyebab timbulnya waste konstruksi yaitu jika selama proses perencanaan konstruksi seorang designer/konsultan mendesain dengan ukuran yang tidak standar sehingga pada saat pelaksanaan maka banyak potongan atau tambahan material yang tidak perlu sehingga secara otomatis menimbulkan  waste material. Hal demikian juga mungkin disebabkan karena kurangnya informasi mengenai jenis material yang dipakai. 
  
  • Penyimpanan Material (Storage) Yang Tidak Layak, Selama proses konstruksi penyimpanan sementara material stok sering dilakukan secara tidak layak sehingga sering sekali menimbulkan material yang rusak. Penyimpanan material di lokasi proyek harus memperhatikan metode penyusunan, melindungi dari paparan cayaha, air, menjamin keamanan gudang penyimpanan dari pencurian, menerapkan sistem First In First Out (FIFO), Memberikan label pada setiap material agar muda dicari serta menghindari penyimpanan material yang dapat merusak material lain.  

  • Kondisi Peralatan Yang Tidak Layak, Salah satu faktor lain juga menjadi pemicuh timbulnya waste material selama konstruksi yaitu penggunaan peralatan kerja yang sudah tidak layak/rusak sehingga menghasilkan hasil pekerjaan yang tidak optimal bahkan rusak dan menimbulkan waste material. 

  • Mendesain Dengan Pola Yang Rumit, Faktor ini juga pada saat dilapangan menyulitkan para pekerja untuk membuat pola material yang begitu rumit, misalnya pola tegel yang berbentuk lengkungan, tentunya hal ini membutuhkan potongan material dan waste yang cukup banyak. Oleh karena itu disarankan untuk mendesain dengan pola yang minimalis dan sesuai standar ukuran material di pasaran sehingga jumlah waste yang dihasilkan dapat ditekan. 

  • Penanganan Pengiriman Material Yang Buruk, Penanganan material selama proses pengiriman juga menjadi penyebab timbulnya waste material misalnya metode pengemasan yang tidak layak selama pengiriman, penyusunan material yang tidak layak, jumlah, spesifikasi material yang tidak sesuai serta metode bongkar muat material yang tidak layak.

  • Kebijakan Yang Tidak Diterapkan, Salah satu bentuk penyebab timbulnya waste selama konstruksi mungkin disebabkan karena pihak penyelenggara konstruksi jarang atau belum pernah menerapkan aturan berupa hukuman (Punishment) jika diketahui salah satu pekerja menghasilkan waste material selama konstruksi dan penghargaan (Reward) jika pekerja dapat atau berhasil mereduski waste material selama konstruksi. Hal ini juga didukung jika belum adanya peraturan perundang-undangan yang bersifat resmi mengenai Manajemen Waste Material selama proses konstruksi. 

  • Kebiasaan (Behaviour), Faktor ini merupakan faktor yang mendasar penyebab timbulnya waste material di lapangan dikarenakan banyak pelaku jasa konstruksi yang merasa belum peduli dan tertarik dalam menerapkan sistem manajemen waste material secara baik selama proses konstruksi sehingga timbulnya waste menjadi hal yang dianggap biasa.

  • Penggunaan Material Konvensional, Faktor ini juga sering kali menimbulkan waste material selama proses konstruksi. Sebagai contoh dimana penerapan metode pengecoran yang konvensional seperti penggunaan sistem bekisting dari bahan dasar kayu/bambu/multipleks akan menghasilkan jumlah waste yang cukup banyak dibandingkan dengan penggunaan bekisting frabrikasi misalnya bekisting yang berbahan dasar metal atau fiber akan jauh mereduksi jumlah waste selama konstruksi serta keuntungan lain juga dapat digunakan beberapa kali untuk proyek berikutnya. Contoh lain juga misalnya penggunaan elemen strukturbeton dengan sistem pengecoran konvensional akan jauh lebih banyak menghasilkan waste material dibandingkan jika menggunakan material yang terfabrikasi (Precash). 

  • Faktor Cuaca, Faktor cuaca juga menjadi faktor penyebab timbulnya waste material selama konstruksi, dimana beberapa jenis material jika terpapar kondisi cuaca akan menyebabkan kerusakan dan menghasilkan waste, misalnya material semen jika terkontaminasi dengan air akan menyebabkan kerusakan, material cat jika terpapar matahari dalam durasi yang  lama akan menyebabkan kerusakan serta beberapa jenis material yang sensitif terhadap kondisi cuaca. Oleh karena itu diperlukan manajemen penyimpanan (Stotage) material yang layak selama konstruksi agar terhindar dari kerusakan yang berpotensi menghasilkan waste material. 
    Sekarang dalam kemajuan inovasi di bidang konstruksi, pemanfaatan sisa material dapat digunakan untuk item pekerjaan konstruksi, baik sebagai material baru atau sebagai material pendukung. Misalnya pemanfaatan sisa material besi tulangan yang dapat digunakan sebagai material pendukung penyambungan tulangan, proses daur ulang material besi sisa, penggunaan sisa material besi menjadi bekisting struktur dan masih banyak lagi inovasi-inovasi yang dapat terus dikembangkan demi meningkatkan efisiensi material proyek. Tetapi upaya mereduksi tingkat sisa material yang utamanya harus terus dikembangkan dalam perkembangannya ke depan. 

   Dari faktor-faktor di atas tentunya dibutuhkan adanya pemahaman dalam pengelolahan penggunaan material dalam pelaksanaan, baik dari pihak perencana, supplier, pemilik proyek dan terlebih kepada pihak pelaksana/kontraktor yang akan menerima efeknya secara langsung terhadap anggaran material yang direncanakan dan apabila pengelolahannya dapat dilakukan dengan benar dan komitmen maka  tingkat sisa material yang ditimbulkan dapat tereduksi secara perlahan-lahan. Semoga dengan artikel ini kiranya dapat memberikan gambaran dan motivasi untuk mengurangi tingkat sisa material dalam pelaksanaan konstruksi ke depannya. Sekian dan Terima Kasih. 


Oleh : Dr. Ir. James Thoengsal, M.T., IPM.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar